Apa Itu Air Musta'mal? Pengertian, Hukum dan Contohnya
Air Musta’mal merupakan sebutan dalam fiqh Islam yang merujuk kepada air yang sudah digunakan buat bersuci, semacam wudu ataupun mandi wajib, namun belum berganti sifatnya( warna, bau, ataupun rasa).
Air ini masih suci dalam artian tidak najis, tetapi penggunaannya buat bersuci berikutnya diperselisihkan oleh para ulama. berikut ini kami jelaskan macam-macam air untuk bersuci yang salah satunya yakni air musta'mal.
Pengertian Air Musta’mal serta Karakteristiknya
1. Suci namun tidak mensucikan: Air Musta’mal merupakan air yang statusnya senantiasa suci, tetapi sebab sudah digunakan buat melenyapkan hadas, dia tidak lagi bisa digunakan buat bersuci( wudu ataupun mandi) bagi kebanyakan ulama. Walaupun begitu, dia masih boleh digunakan buat keperluan lain semacam cuci baju, menyiram tumbuhan, serta sebagainya.
2. Watak Air Tidak Berganti: Air Musta’mal tidak hadapi
pergantian dalam sifat- sifat dasarnya( warna, bau, rasa). Bila air berganti
watak sebab suatu yang suci( misalnya sabun), hingga statusnya senantiasa suci,
namun bila berganti sebab najis, hingga air tersebut jadi najis.
3. Perbandingan Komentar Ulama:
- Mazhab Syafii: Air Musta’mal tidak bisa digunakan kembali buat bersuci sebab dikira sudah digunakan serta kehabisan kekokohannya buat menyucikan.
- Mazhab Maliki: Air Musta’mal masih bisa digunakan buat bersuci sepanjang air tersebut tidak tercampur dengan najis serta masih dalam jumlah yang lumayan banyak.
- Mazhab Hanafi: Mempunyai pemikiran yang lebih longgar, membolehkan pemakaian air Musta’mal buat bersuci asalkan air tersebut tidak tercampur dengan najis.
- Mazhab Hanbali: Nyaris seragam dengan pemikiran Mazhab Syafii, mereka lebih berjaga- jaga dalam pemakaian air mustamal.
Contoh Air Mustamal
Misalnya, bila seorang memakai air dari suatu bejana buat wudu, air yang tersisa di bejana sehabis dipakai buat cuci muka ataupun tangan, seperti itu yang diucap selaku air mustamal.
Walaupun air ini masih nampak bersih serta tidak terdapat najis yang masuk ke dalamnya, dia tidak lagi dapat dipakai buat wudu bagi komentar yang universal dalam Mazhab Syafii serta Hanbali.
Buat lebih menguasai konsep air mustamal, ayo kita amati sebagian contoh khusus yang kerap terjalin dalam kehidupan tiap hari:
1. Air Wudu yang Terjatuh ke Bejana
- Situasi: Seseorang Muslim mengambil air wudu dari suatu bejana ataupun ember. Dikala dia cuci muka ataupun tangan, sebagian air yang telah memegang kulitnya jatuh kembali ke dalam bejana.
2. Air yang Mengalir di Atas Anggota Wudu
- Situasi: Dikala berwudu, air yang mengalir di atas tangan, kaki, ataupun wajah seorang( misalnya air yang mengalir dari kran) serta jatuh ke dalam wadah ataupun tanah
- Penjelasan: Air yang telah memegang anggota badan dalam kondisi berwudu, serta setelah itu mengalir ataupun jatuh, merupakan air mustamal. Air ini tidak boleh digunakan kembali buat bersuci sebab telah digunakan buat mengangkut hadas. Tetapi, bila air ini cuma memegang bagian badan yang tidak wajib dibasuh ataupun belum terserang hadas( misalnya saat sebelum wudu diawali), hingga air tersebut belum dikira mustamal.
3. Air Sisa Mandi Wajib( Mandi Junub)
- Situasi: Sehabis melaksanakan mandi wajib( mandi junub), sebagian air yang telah digunakan buat membilas tubuh seorang mengalir ke dalam kolam ataupun bak mandi.
- Penjelasan: Air yang sudah memegang badan dalam mandi wajib serta setelah itu mengalir ataupun tertampung di tempat lain merupakan air mustamal. Air ini tidak boleh digunakan buat mandi wajib lagi sebab telah digunakan buat menyucikan diri dari hadas besar. Tetapi, dalam Mazhab Maliki, air ini masih dapat digunakan kembali bila tidak terdapat pergantian watak serta jumlahnya lumayan banyak.
4. Air dalam Ember yang Digunakan Kesekian Kali buat Wudu
- Situasi: Seseorang Muslim memakai air dari ember buat berwudu, serta tiap kali cuci anggota badan, air yang sudah memegang kulitnya jatuh kembali ke ember yang sama.
Hukum Air Musta’mal Bagi Islam
Hukum air Musta’mal dalam Islam diperdebatkan oleh para ulama dari 4 mazhab utama: Syafii, Hanafi, Maliki, serta Hanbali.
Tiap mazhab
mempunyai pemikiran yang berbeda menimpa apakah air Musta’mal bisa digunakan
kembali buat bersuci( wudu ataupun mandi wajib) ataupun tidak. Berikut
merupakan uraian lengkap menimpa pemikiran tiap- tiap mazhab:
Madzab | Pendapat tentang Air Musta'mal | Alasan dan Detail |
---|---|---|
Hanafi | Suci, tapi tidak bisa digunakan untuk bersuci. | Air musta'mal dianggap suci karena belum terkena najis, namun kehilangan kemampuan untuk digunakan kembali dalam bersuci. Ini karena air ini dianggap telah digunakan untuk ibadah. |
Maliki | Suci dan dapat digunakan kembali untuk bersuci. | Air musta'mal tetap suci dan sah digunakan kembali untuk bersuci selama air tersebut tidak mengalami perubahan sifat (warna, rasa, atau bau). |
Syafi'i | Suci, tetapi tidak sah digunakan untuk bersuci kembali, kecuali dalam jumlah yang banyak (dua qullah atau lebih). | Air musta'mal tetap suci tetapi tidak sah untuk digunakan bersuci lagi kecuali jika jumlahnya mencapai dua qullah (216 liter) atau lebih, karena air dalam jumlah banyak tidak mudah terkontaminasi. |
Hanbali | Suci, namun tidak dapat digunakan kembali untuk bersuci. | Menurut Hanbali, air musta'mal tetap suci namun tidak bisa digunakan lagi untuk bersuci karena telah hilang kemutlakannya setelah digunakan untuk ibadah seperti wudu atau mandi. |
FAQ: Air Musta’mal dalam Islam
1. Apa itu air mustamal?
Jawaban: Air Musta’mal merupakan air yang sudah digunakan buat keperluan bersuci semacam wudu ataupun mandi wajib namun belum hadapi pergantian dalam sifatnya( warna, bau, ataupun rasa). Secara universal, air ini dikira masih suci, namun penggunaannya buat bersuci berikutnya diperselisihkan oleh para ulama.
2. Air Musta’mal yang volumenya menggapai 2 kulah boleh digunakan buat apa?
Jawaban: Dalam konteks mazhab Maliki, air Musta’mal yang volumenya menggapai 2 kulah( dimensi volume air) masih boleh digunakan buat bersuci, asalkan air tersebut tidak tercampur dengan najis serta tidak hadapi pergantian watak. Bagi Mazhab Maliki, air dalam jumlah besar semacam 2 kulah masih mempunyai watak menyucikan walaupun sudah digunakan buat bersuci. Tetapi, komentar ini tidak diterima secara umum di seluruh mazhab.
Penjelasan:
Mazhab Syafii serta Hanbali: Mereka menyangka air Musta’mal selaku suci tetapi tidak bisa digunakan lagi buat bersuci, sebab air tersebut sudah digunakan buat keperluan bersuci lebih dahulu.